JUJUR saya senang meihat orang-orang kelojotan atas pernyataan Prof Dr
KH Said Aqil Siroj. Warga NU yang “agak” normatif mungkin mengerutkan
dahi merasa bahwa pernyataan “menguasai masjid-masjid, KUA- KUA dan
lainnya” tidak elok untuk didengar ormas lain.
Namun seandainya
sedikit saja kita menengok ke belakang dan melihat serangan bertubi-tubi
terhadap NU, kita akan sadar bahwa pemimpin NU memang sudah waktunya
memberi peringatan keras.
Tahun 2009 dilaporkan penelitian Wahid
& Maarif Institute bahwa; ribuan mesjid NU dan Muhammadiyah telah
berhasil dikuasai oleh kelompok “asing”. Mengambil alih mesjid,
mengganti imam dan yang paling mengerikan mengatur tema ceramah.
Menyalahkan bacaan dzikir yang sudah ada dan membid’ahkan semuanya.
Mereka sudah masuk dalam rohis sekolah, mushola-mushola kampus,
keagamaan lembaga pemerintah bahkan mensosialisasikan tahlilan sebagai
bid’ah ke kampung-kampung. Masif dan terencana. Penyusupan ini sudah
dilakukan sejak tahun 1980, dengan menghabiskan biaya mencapai USD 90
Milyar. Tahun 2006, masuk proposal resmi untuk melakukan ‘bantuan’
kepada pemerintah sebesar USD 500 Dollar untuk tujuan yang sama(Team,
2009). Beruntung proposal tersebut ditolak.
Kekhawatiran itu
bukan hanya milik NU, bahkan muhammadiyah PERNAH secara tegas
mengeluarkan surat keputusan agar melarang INFILTRASI PKS dalam tubuh
organisasi (lihat, SKPP Muhammadiyah No.149/KEP/I.0/B/2006) . Terlambat,
muhammadiyah tidak memiliki akar budaya khas yang sulit dirubah seperti
NU yang kokoh. Adakalanya tradisi mengalahkan Dollar. Meskipun serangan
bertubi-tubi pada NU melahirkan “NU Garis Lurus” yang seperti singa di
sosial media. Tentu cukup NU garis lucu untuk membuat mereka imut
kembali. Jelang Buya Safii Maarif turun jabatan, Muhamaddiyah terPkskan.
Namun kerugian atas infiltrasi ideologi semacam ini telah menimbulkan
retakan-retakan.
Saya tak heran kalau kemudian Din Syamsudin
langsung memberi statemen atas pernyataan ketua PBNU, Kyai Said Aqil
Siroj pada acara muslimat NU lalu (27/1/2019). Pekerjaan responsif
terhadap NU adalah nostalgia bagi beliau. Tahun 2001 menjelang
penggulingan Gusdur, Din S memiliki peran besar dalam menyuarakan isu
“AJINOMOTO” mengandung babi untuk mendeligitimasi gusdur sebagai “orang
islam” (Kobayashi, 2002). Kejam bukan?
Beberapa tahun belakangan
ketika NU belum memiliki media online yang mapan, sudah ada web bernama
YukKenalNU. Dengan rencana yang matang dan terstruktur web tersebut
khusus untuk memfitnah NU. Warna template berwarna hijau dan pada huruf
NU dibuat berwarna pelangi. Dengan maksud mengasosiasikan NU sebagai
pendukung LGBT. Laman tersebut memuat Semua tradisi NU: kemudian
dievaluasi, dikategorikan bid’ah hingga dituduh syiah.
Sudah cukup? Belum!
Setelah kasus pembakaran bendera HTI di Jawa Barat, dilaporkan setelah
pembakaran bendera HTI, video tentang pembakaran tersebut masuk melalui
80 akun yutube berbeda dalam jangka kurang dari 1 jam! Hebatnya, video
ini disertai berbagai narasi berbeda dengan tujuan yang sama,
mendeligitimasi Banser, pemimpinnya, hingga pucuk pimpinan PBNU dan
kemudian menghancurkan citra NU sebagai Ormas Islam terbesar di planet
bumi.
Cukup? Belum!
Silahkan anda ketik nama “Said Aqil
Siroj” di youtube, yang muncul adalah Said aqil Syiah, Said Aqil
liberal, Said Aqil Jenggot dan lainnya. Lalu anda putar secara bebas.
Anda akan melihat video propaganda yang sudah dipotong, diberi nama,
diberi efek dan kesan jelek. Mau contoh?
Ketika KYAI SAID (KETUM
PBNU) melontarkan pernyataan tentang “jenggot” hampir dipastikan video
yang muncul teratas di youtube itu dipotong sedemikian rupa, lalu
di”cut” dan diteruskan dengan video ceramah ustad-ustad jenggot yang
baru saja memulai karir dengan “menggunakan” hadits.
Anda
bayangkan, penonton video ditampilkan dua rekaman berbeda seakan-akan
KYAI SAID (KETUM PBNU) sedang dihakimi oleh ustad newbie tersebut. Lalu
kemudian ustad anyar tersebut memaki-maki dan menjatuhkan “salah!”
“Dosa!” “Bid’ah” kepada beliau. Lalu video 5 menit itu selesai,
seakan-akan KYAI SAID (KETUM PBNU) berhasil dihakimi. Berani bertemu?
TIDAK!
Setelah itu tampilah ustad itu “seakan-akan berhasil
mengkritik KYAI SAID (KETUM PBNU)” yang belum pernah ia temui. Maka
wajar kalau dalam setiap ceramah KYAI SAID (KETUM PBNU) selalu
mengatakan ia terbuka untuk kritik, kantor PBNU terbuka. Karena sangat
jarang ada yang berani mendebatnya. Kecuali kalangan NU sendiri yang
terbiasa tabayyun.
Ini baru satu video, sedangkan dalam 1 isu
saja tentang pernyataan KYAI SAID (KETUM PBNU), bisa menampilkan hingga
20-40 video. Pertanyaannya, jenis makhluk apakah orang-orang yang
melakukan editing video seperti ini? Apa mereka mengangap fitnah
terencana ini sebagai jihad? maukah mereka diuji secara terbuka dan
ilmiah?
Anda bayangkan, seorang Felix siau yang tidak pernah
diuji secara ilmiah dan akademis pengetahuannya tentang Timur Tengah
mengklaim sebagai orang yang paling tahu tentang Turki Utsmani cukup
dengan membuat NOVEL tentang ‘Muhammad Al-Fatih’(dan liburan ke Turki
beberapa kali)--mempermalukan puluhan lulusan Jurusan Timur Tengah dalam
negeri yang bertahun-tahun berdarah-darah membuat
skripsi-thesis-disertasi. Jangan bandingkan dengan Disertasi Kyai Said
yang dipuji Gusdur karena memakai 1000 referensi teruji.
Kita
boleh jujur, bahwa kadangkala yang melakukan semua ini adalah orang
Islam sendiri. Orang yang mengaku paling Islami namun mereka adalah
Orang yang tidak betah hidup di negeri Pancasila. Mereka anti pada
banyak hal. Sehingga akan mudah berseteru dengan kelompok sendiri.
Itulah yang membuat Timur Tengah retak-retak tanpa jiwa kebangsaan yang
kokoh.
Gayung bersambut, pemerintahan Jokowi memiliki
kekhawatiran bersama bahwa pihak-pihak yang menggerogoti NU dari dalam
adalah sel-sel yang akan menjadi penghancur konsep negara-bangsa. Hal
ini sangat mengancam ideologi Negara. Tak ada pilihan. 10 tahun
pemerintahan SBY tak pernah sedikitpun mampu membubarkan HTI secara
nyata dan terbuka. Padahal kampanye HTI dalam menolak ideologi Negara
begitu gencar dan terbuka (deklarasi khilafah di GBK!). Hanya di
pemerintahan Jokowi, mampu segera membubarkan Organsasi transnasional
tersebut. Dalam hal ini pemerintah telah menunjukan komitmen yang jelas
atas kelompok-kelompok anti-kebangsaan. NU melihat hal tersebut sebagai
komitmen yang nyata.
Sebenarnya NU adalah wajah Islam Indonesia
sendiri, dan mencoba mempertahankan apa yang sudah diajarkan para ulama,
yang ajaran tersebut bisa ditarik tanpa putus hingga pada Nabi Muhammad
Saw. Sementara para veteran konflik Timur Tengah mencoba menghancurkan
keharmonisan ulama Islam di Indonesia dengan wajah islami. Memang
dibutuhkan kekuataan intelektual yang teruji untuk mengenali infiltrasi
mereka yang rajin mengimpor konflik dan mengobral kebencian. Momentum
Pilpres adalah saat yang paling tepat untuk menentukan keberpihakan
antara pihak yang membela kebangsaan dan para kontraktor konflik.
Namun, mesin hoak telah disebar merusak tatanan keluarga dan
membinasakan kebudayaan negri loh jinawi. Mereka bersepakat berkumpul
dikubu Prabowo. PKS, eks-HTI, FPI, dan para alumni non-universitas. Tak
lupa Amin Rais, tokoh sentral ketua MPR yang menjatuhkan Gusdur melalui
isu bulogate dan bruneigate, tanpa PEMBUKTIAN dan tanpa peradilan. Kubu
sebelah sudah mempersiapkan kekalahan mereka dengan menebar isu KPU
curang guna mempersiapkan kondisi kacau setelah Pilpres, memelihara
kelompok anti-kebangsaan, memasukan Rocky Gerung kedalam masjid,
semuanya halal demi ambisi politik.
HARAPAN
NUonline
telah menyalip semua web Islam (garis keras/fundamentalis) dengan rating
tertinggi. Para intelektual hijau sudah merapatkan barisan. Akademis NU
diberbagai Negara menghimpun keahlian mereka melawan Hoax dengan
keilmuan. Berkumpulnya kaum muslimat menghijaukan GBK adalah sinyalemen
bahwa NU mulai siap muncul kepermukaan. Cukup Muslimat NU saja untuk
membuat ramai suatu kawasan tanpa berebut klaim juta-jutaan.
Kemudian, Harlah NU 31/1/2019 dibuka dengan dengan harapan masa depan.
Industri 5.0 dibahas tanpa melupakan UKM lemah ditengah himpitan global
(lihat pidato Kyai Said pada Harlah 31/1/2019). Keberpihakan NU cukup
jelas pada rakyat jelata. Melihat beban yang di emban NU, jelas NU
adalah ormas dengan wawasan Internasional dan menghadapi
persoalan-persoalan global. NU Bukan ormas recehan yang memperebutkan
jatah sektoral dan mencakar saudara sendiri demi ambisi.
Statemen sudah dibunyikan. NU mulai berhitung. Ketika ambisi Politik
menghancurkan hubungan keluarga, ambisi politiknya yang dihancurkan,
bukan keluarganya. Komitmen NU dalam mempertahankan nilai-nilai
kebangsaan jelas merupakan keberpihakan terhadap keluarga besar Bangsa
Indonesia. Semoga kita TIDAK berada pada pihak yang ingin
menghancurkannya. Sebagaimana mereka mencobanya jutaan kali.
Oleh : Iman Zanatul Haeri
0 Komentar
Terima kasih atas saran dan komentar anda