Ustad Abdul Shomad Kembali?

Menurut saya tdk demikian. UAS mengalami kegundahan spiritual yg sangat luar biasa dlm situasi politik yg overdosis politisasi agama, utamanya oleh kelompoknya UAS yaitu ulama 212, FPI bersama salafi wahabi.

Kegundahan itu diawali putusan politik ijtima ulama yg mendukung capres Prabowo dan Prabowo tdk mengambil seorang ulama menjadi pasangannya. Bagaimana mungkin Prabowo Sandi akan berjuang utk Islam, bela Islam, sementara keislaman Prabowo makin dipertanyakan dari urusan sholat bacaan Qur'an hingga masih merayakan natalan. Demikian pula dg Sandi yg tdk paham dg Islam dg baik dan bukan dibesarkan dari gerakan Islam.

Faktanya keislaman Jokowi tdk diragukan lagi, hingga TGB dan Ustadz Yusuf Mansur sahabat dakwah UAS telah bertestimoni tentang kadar keislaman Jokowi lebih baik dibandingkan Prabowo. Semua tuduhan miring terhadap keislaman Jokowi adalah fitnah, sebagaimana Anis Baswedan mengakuinya dan La Nyalla telah mengakui tuduhan PKI terhadap Jokowi adalah fitnah.

Terlebih Jokowi ternyata memilih seorang ulama besar KH Ma'ruf Amin utk mendampinginya memimpin Indonesia. Nasab biologis dan keilmuan KH Ma'ruf Amin sangatlah mulia.

Dalam kegundahan batiniahnya UAS menyatakan NETRAL dlm pilpres ini. Ini adalah respon politik yg sedikit sdh mengingkari hati nurani dan keyakinan syariatnya yg berdakwah "pilihlah pemimpin yg sholat". Itu artinya UAS sdh goyah keyakinan syariat dan aqidahnya sdh tdk lagi bersama mereka ulama 212 yg mendukung capres yg dlm urusan sholat bacaan Qur'an diragukan. Sampai disini UAS sdh mlipir2 berpisah dg ulama 212 yg sdh kelewatan dlm melakukan politisasi agama, karena ternyata mereka hanyalah NDOBOS.

Disinilah UAS mengalami puncak kegalauan. Popularitasnya dlm dakwah di kalangan 212 makin meninggi, tetapi bisa jadi akan menenggelamkan batiniahnya dlm politisasi agama yg kotor tak berkesudahan.

Mengapa HIJRAH ke jalan tasawuf, berthariqah? Karena tasawuf adalah penawar dari kegetiran hawa nafsu dunia.

Semoga UAS bener2 tulus menempuh jalan spiritual bersama Maulana Habib Luthfi bin Yahya. UAS diberi gelar Syaikh oleh beliau Maulana Habib Luthfi. Tetapi ingat, posisinya tetaplah sebagai seorang Murid dari seorang Mursyid yg harus dipatuhinya. Inilah cara luar biasa yg dilakukan beliau Maulana Habib Luthfi bin Yahya. Begitu UAS masuk ke dlm rumah "asalnya" NU dan tasawuf, beliau "mengikatnya" dg sebutan mulia. Bisa jadi ini banyak disalahpahami oleh berbagai kalangan. Tetapi dg gelar Syaikh dari seorang ulama yg sangat mulia, tinggi derajatnya maka UAS pasti sadar apa yg harus dilakukannya, tunduk dan patuh kepada beliau Maulana Habib Luthfi bin Yahya sebagai guru spiritualnya, Mursyid Thariqah nya yg sangat cinta NKRI, NU, bangsa dan negara. Ini akan merubah SAS segalanya, pandangan terhadap khilafah yg sempat didukungnya. Dlm hal pilihan pilpres? SAS sebagai murid yg taat akan mengikuti pilihan politik gurunya, Mursyid Thariqah nya.

Ahlan wa Sahlan wa Marhaban ya akhi....

Wallahu'alam bishowab

Analisa dari Dr. Ahmad Rofiq. Dosen Unsoed, ketua PC LWPNU Kab. Banyumas

Posting Komentar

0 Komentar