Sebelum Mampu Membuat Pedang, Indonesia Jangan Terlibat konflik AS-China di LCS

Pada jaman dahulu, pedang adalah senjata para prajurit dalam medan pertempuran. Pertempuran antara mati dan hidup banyak yang ditentukan dengan pedang. Di Jepang senjata utamanya jaman dahulu adalah pedang samurai.  Sebuah kerajaan akan kuat dan digdaya apabila mempunyai prajurit yang terlatih dan negara itu mampu membuat pedang. Oleh karena itu kualitas pedang akan sangat menentukan kemampuan prajurit bersangkutan dalam duel antara mati dan hidup tadi.
Pada masa kini, perang terbuka dilakukan dengan senjata berteknologi tinggi. Senapan, meriam, peluru kendali serta alat utama sistim senjata dibuat sedemikian rupa dengan teknologi mutakhir, mampu  mencapai dan menghancurkan target tanpa melihat langsung. Tembakan meriam sebuah tank akan mengenai sasaran apabila sasaran sudah terkunci. Demikian juga peluru kendali akan mengenai sasaran apabila sudah lock-on. Bahkan pesawat tanpa awak yang dilengkapi dengan peluru kendali "hellfire" kini terkenal mampu menghancurkan target tanpa ampun. Lebih hebatnya, sasaran pada umumnya tidak menyadari saat dikunci dan ditembak dari udara. Banyak bom-bom pintar yang dibuat dengan penyimpangan perkenaan hanya dalam hitungan beberapa meter saja. Belum lagi apabila kita berbicara mengenai senjata nuklir. Kira-kira itulah beberapa bentuk pedang masa kini. Daya rusank dan hancur pedang masa kini itu semakin menggiriskan dan mematikan.
Saat penulis bertemu dengan seorang senior ahli strategi, dia  mengatakan, apabila tidak bisa membuat pedang jangan berperang, artinya kita harus pandai-pandai berdiplomasi. Jangan mencari masalah yang bisa berakibat timbul serta terlibatnya dalam perang. Khususnya apabila kita belum mampu memproduksi peralatan tempur sendiri yang disejajarkan dengan peralatan tempur negara lain yang semakin maju. Kemungkinan besar kita akan kalah, terkecuali kalau tergabung dalam sebuah pakta pertahanan. Itu rumusnya kata si senior.
Nah, mari kita lihat posisi negara Indonesia. Banyak yang sering lupa bahwa Indonesia itu sudah lama dikepung dengan pakta pertahanan FPDA (Five Power Defence Arrangement) yang merupakan pakta pertahanan  dari Australia, Selandia Baru, Malaysia, Singapura dan Inggris. FPDA yang ditandatangani tahun 1971, pada prinsipnya merupakan persekutuan pertahanan yang akan membela dan melindungi Singapore atau Malaysia apabila keduanya mendapat serangan.
Pada tahun 1981, kelima negara mengadakan latihan tahunan angkatan darat dan laut pertama. Sejak tahun 1997, dilakukan penggabungan  latihan angkatan laut dan udara. Tahun 2001, HQ IADS disusun ulang menjadi Integrated Area Defence System, yang saat ini diawaki personil dari ketiga  angkatan bersenjata. Konferensi Kepala Pertahanan FPDA (FDCC) bertempat di Malaysia atau Singapura, merupakan forum militer profesional tertinggi FPDA dan berfungsi sebagai forum yang penting untuk dialog dan pertukaran pandangan antar Kepala /Panglima pertahanan, disamping Pertemuan Tingkat Menteri  Pertahanan FPDA (FDMM). Jadi, apabila Indonesia berperang dengan kedua negara itu, maka konsekwensinya akan berhadapan dengan kelima negara yang tergabung dengan FPDA.
Hal lain yang sebaiknya mendapat perhatian yaitu situasi dan kondisi kawasan Laut China Selatan (LCS) yang mulai memanas. Kondisi terakhir, terjadi dua blok yaitu blok China dan blok Amerika Serikat. China jelas dekat dengan Korea Utara dan Rusia, sementara AS di kawasan ini didukung oleh Filipina, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Australia. China kini semakin nekat berkacak pinggang di kawasan Laut China Timur dan bahkan ke Selatan, melakukan klaim kepulauan Spratly dan Paracel yang kaya akan minyak dan gas. China mengerahkan kekuatan laut secara demonstratif.  Angkatan lautnya kini memiliki kapal induk (Liaoning) yang dilengkapi dengan pesawat tempur. Liaoning, kapal buatan eks Uni Soviet dibeli dari Ukraina, dilengkapi serta di perkuat dengan pesawat tempur buatannya sendiri. China mulai belajar mengoperasikan kapal induk sebagai pangkalan depan pesawat tempur.
Setelah dua dekade menaikkan anggaran militernya menjadi dua digit, Angkatan Laut Cina terus mengembangkan armada angkatan laut yang bisa beroperasi di perairan dalam dan lautan terbuka (blue-water) untuk mempertahankan pertumbuhan kepentingan ekonomi serta menguasai wilayah yang disengketakan di Laut China Timur dan Selatan. China kini sedang membangun sendiri kapal induk kedua yang akan selesai pada tahun 2020 dan merencanakan akan membangun empat kapal induk secara keseluruhan.
Angkatan Udara China dinamakan People's Liberation Army Air Force. Komando Pertahanan udara, China,  PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) Angkatan Udara memiliki 9.218 pesawat. sekitar 2300 diantaranya adalah pesawat tempur, beroperasi dari 489  pangkalan udara. Pesawat tempur terbaik PLAAF adalah buatan Rusia Su-30 MK, dan generasi ke-4 J-10 fighters. Pada 2010, PLAAF memiliki kekuatan sekitar 330.000 personil dan merupakan AU terbesar di Asia. Dengan modernisasi yang sedang berlangsung, semua jenis pesawat yang lebih tua sedang dihapus dan China melakukan pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 serta generasi ke-5. Jika kecenderungan ini terus berlanjut dan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF)  meneruskan rencana untuk menggantikan sejumlah besar  pesawat tempur taktis F-15 dengan  jumlah F-22 Raptors yang lebih sedikit jumlahnya, maka di masa depan  PLAAF akan merupakan kekuatan tempur taktis terbesar di dunia.
AU China diperkuat dengan jenis pesawat penyerang Q-5, JH-7, Bomber JH-7, H-6, pesawat Electronicwarfare KJ-200, KJ-2000, pesawat fighter  J-11, J-10, J-8II, J-7, Su-27, Su-30MKK, pesawat Interceptor J-8II, pesawat latih  L-15, JL-8, JL-9 dan pesawat transport Transport Y-9, Y-8, Y-7, Il-76. Kini China sudah mampu membuat pesawat tempur generasi kelima, stealth  yang menurut beberapa informasi teknologinya sebagai hasil spionase ke AS.
China 's PLA Navy (PLAN) diperkuat dengan 515 kapal perang, yang diperkuat 432 pesawat tempur.   PLAN merupakan Arsenal nuklir China yang sejak tahun 1964 dilengkapi dengan 210 rudal berhulu ledak nuklir. Yang paling kuat rudal berkepala nuklir 4 megaton, dengan multi-hulu ledak MIRV ICBM (DF-5A) yang mampu mencapai jarak 12.000  km dan DF-4 berjarak 7.500 km. AL China  juga memiliki kapal selam yg mampu meluncurkan SLBM seperti JL-1 dengan jangkauan 4.500 km dan pembom tempur strategis seperti Su-27 Flanker yang mampu mengangkut senjata nuklir.
PLAN mempunyai lima Kotama (Komando Utama) yaitu the People's Liberation Army Navy Submarine Force, the People's Liberation Army Navy Surface Force, the People's Liberation Army Navy Coastal Defense Force, the People's Liberation Army Marine Corps and the People's Liberation Army Naval Air Force. Kekuatan personil PLAN adalah 290.000 personil,  diantaranya 12.000 anggota marinir dan 35.000 anggota AL angkatan udara. PLAN adalah AL terbesar kedua hanya dibelakang US Navy.   Alutsista kapal perangnya terdiri dari  1 kapal induk, 3 dermaga transportasi amfibi, 26 kapal perusak, 45 fregat, 69 kapal selam (13  bertenaga nuklir), 10 korvet, 122 kapal rudal, 231 kapal patroli, 107 penanggulangan tambang kapal.
Kekuatan Udara dari PLAN terdiri dari pesawat penyerang  JH-7, Bomber H-6, Q-5, pesawat Electronicwarfare Y-8, pesawat Fighter J-8, J-10, J-11, Su-30MK2, Helicopter Z-8, Z-9, Mi-8, Ka-28, AS365, pesawat Interceptor J-7, pesawat patroli pantai  Y-8, pesawat latih  JL-8, JL-9 dan pesawat Transport Y-7.
Amerika Serikat sebagai pesaing China di LCT juga negara besar, kaya dan merupakan produsen peralatan militer canggih. Pesawat tempurnya termasuk kelas satu, yang terakhir memiliki pesawat tempur F-22, F-35, B-2 yang anti radar mampu mengangkut senjata nuklir. Angkatan Udara mempunyai kekuatan 332.854 personil aktif, 185.522 sipil, 71.400 cadangan, 106.700 personil hanud, dengan anggran US$140 milyar. Jumlah pesawat 5.484 buah,  450 peluru kendali antar benua (ICBM), 63 buah satelit
Kekuatan udara di kawasan Pasifik tergabung dalam Pacific Air Forces yang bermarkas di Hickam Air Force Base, Hawai,. Pacaf satu dari sembilan Komando Utama Angkatan Udara Amerika Serikat. PACAF adalah komponen udara dari Komando Pasifik Amerika dan merupakan salah satu dari dua Komando Utama Angkatan Udara AS diluar benua Amerika. Komando satunya adalah United States Air Forces in Europe (USAFE). PACAF yang diresmikan pada tanggal 1 Juli 1957 adalah redesign dari komando utama sebelumnya yang bernama Angkatan Udara AS Timur Jauh (United States Far East Air Forces). Misi utama PACAF adalah mensiagakan kekuatan angkatan udara dan angkasa luar untuk mendukung kepentingan Amerika diwilayah Asia Pasifik baik dalam keadaan damai, situasi krisis maupun perang.
Wilayah tanggung jawab PACAF dari bagian barat Amerika hingga bagian timur Afrika, dari Arctic hingga ke Antartika.Area tersebut merupakan wilayah dimana terdapat lebih dari 44 negara dengan penduduk yang berjumlah mendekati dua milyar orang. Komando ini memiliki sekitar 45.000 personil militer dan sipil, dilengkapi dengan 300 pesawat tempur dan penyerang. Pacific Air Forces pernah terlibat dan mempunyai pengalaman dalam perang dunia kedua, perang Korea, perang Vietnam dan Operasi Desert Storm 1991.
Angkatan Laut AS dilengkapi dengan kapal-kapal induk serta kapal perang dalam susunan gugus tugas terdiri dari; 323.951 personil,  109.338 pesonil cadangan,  283 kapal perang, diperkuat dengan 3.770 pesawat tempur, 10 kapal induk, 9 kapal tempur amfibi, 10 kapal amfibi pengangkut,  22 kapal  penjelajah, 62 destroyer, 17 fregat  dan 71 kapal selam.
Analisis
Melihat kekuatan AL dan AD kedua raksasa diatas, maka dimasa mendatang, kawasan Laut China Selatan akan menjadi kawasan yang sangat sensitif dan berbahaya. Kini China semakin berani, nekat, menekan Filipina yang akan mencari minyak di perairannya. Kapal perang China menekan kapal Filipina di laut. Demikian juga kapal laut Jepang ditekan oleh AL China. Selain mulai dikerahkannya kapal induk Liaoning dengan beberapa kapal perangnya ke Selatan, China juga sudah menerapkan ADIZ (Air Defence Identification Zone) di kawasan Laut China Timur (LCT), dan kini akan menerapkan ADIZ di kawasan LCS. Pernyataan ini ditentang oleh Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat. Bahkan AS bereaksi, memancing reaksi China dengan menerbangkan dua pembom B-52 ke kawasan LCT.
Sebenarnya apa masalah dibelakang langkah China. Didunia kini terjadi persaingan hidup antara negara-negara besar. Dengan semakin berkurangnya sumber daya alam, meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya kebutuhan energi, China membutuhkan energi besar. Kawasan LCS (Paracel dan Spratly) serta penguasaan inti dari poros Pasifik menjadi ajang perebutan beberapa negara, China, Malaysia, Filipina, Vietnam, Brunei mengklaim wilayah tersebut. Dan kini China yang paling nekat dengan pengerahan kekuatan bersenjata. China semakin berani, karena merasa memiliki kekuatan penyeimbang, sadar bahwa langkahnya akan ditentang AS.
China berani karena memiliki detterent power yaitu senjata nuklir. Secara kuantitas merasa bahwa negara tirai bambu ini mampu mengimbangi superioritas AS. Militer China jelas berada jauh secara kualitas dan kuantitas dari negara-negara di kawasan LCS. Dilain sisi, AS jelas tidak akan mengambil resiko hanya berdiam diri karena LCT merupakan sebagian jalur hidupnya, terdapat jalur Sea Lane Of Communication dan Sea Lane of Logistic. Apabila LCT dikuasai China, maka kepentingan AS jelas akan terganggu. Jalur logistik utamanya akan terganggu.
Oleh karena itu maka AS mulai membangun komunikasi politik dan pertahanan di sekitar kawasan LCS. AS sudah sejak lama menempatkan kekuatan Udaranya di Jepang dan perkuatan Kekuatan udara dan darat di Korea Selatan. Selain itu juga membangun hubungan polhan dengan Vietnam, Filipina, Thailand, Singapore dan Australia. China menyatakan bahwa AS melakukan upaya pengepungan kepada China. Konflik di LCT kemungkinan akan terjadi secara terbatas, dan hanya akan melibatkan kekuatan Udara dan laut.
Dalam kondisi terjadinya persaingan hidup dan kepentingan dua raksasa tadi, bagaimana Indonesia merancang posisi masa depannya? Apakah tetap bertahan sebagai negara bebas aktif, tidak berpihak? Ataukah berpihak kepada salah satunya? Disinilah dibutuhkan kejelian dan perhitungan yang matang dan berjangka jauh kedepan. Oleh karena itu Amerika beserta sekutunya, Australia misalnya, terus berusaha ingin mengetahui apa sebenarnya kebijakan dan cara berfikir para pemimpin di Indonesia. Cara yang umum dilakukan melalui dunia intelijen yaitu dilakukannya spotting para calon pemimpin di Indonesia. Oleh karena itu keduanya akan terus melakukan penyadapan, baik kepada  para pejabat yang berkuasa ataupun calon pemimpin masa depan.
Penulis perkirakan mereka berusaha agar pimpinan nasional jangan sampai terpilih orang yang anti AS dan sekutunya. Lebih baik lagi apabila pemimpin itu pro kepadanya. Dalam beberapa waktu lagi Indonesia akan melakukan pileg dan pilpres, maka dari teori konspirasi, bisa diperkirakan besar kemungkinan akan ada keterlibatan negara luar sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Yang jelas dua raksasa tadi. Oleh karena itu, dimasa depan Indonesia harus menentukan sikap yang lebih jelas agar terbaca kearah mana kita akan menuju. Di dunia ini, dalam hubungan antar negara, tidak ada yang abadi, yang abadi adalah kepentingan nasional sebuah negara. Apa ketegasan kepentingan nasional Indonesia di masa depan? Itulah yang harus dijawab dan mulai lebih dipikirkan.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan

Posting Komentar

0 Komentar