Untuk membuat pesawat dan helikopter tersebut, Dirgantara Indonesia menggandeng berbagai perusahaan pesawat dan helikopter kelas dunia seperti Cassa (sekarang Airbus Military), Eurocopter dan Bell Textron.
Mau tahu pesawat dan helikopter yang diproduksi di Indonesia? Berikut hasil penelusuran detikFinance, Rabu (29/5/2013).
1. Pesawat Tipe NC 212
Dirgantara Indonesia telah memproduksi pesawat tipe NC 212-200 dan C
212-400. Untuk tipe NC 212-200, merupakan pesawat berukuran kecil.
Pesawat ini, bisa digunakan untuk keperluan komersial, angkut personil militer, kargo, misi khusus hingga transpotasi VIP. Untuk versi sipil penerbangan sipil, pesawat ini bisa dipasang 24 kursi penumpang. Pesawat baling-baling ini, menggunakan mesin turboprop.
Pesawat ini, bisa digunakan untuk keperluan komersial, angkut personil militer, kargo, misi khusus hingga transpotasi VIP. Untuk versi sipil penerbangan sipil, pesawat ini bisa dipasang 24 kursi penumpang. Pesawat baling-baling ini, menggunakan mesin turboprop.
2. Pesawat CN 235
Pesawat produksi Bandung lainnya adalah CN 235 versi
220 MPA dan 220 M. Untuk varian CN 235-200M, pesawat tipe ini bisa
mengangkut 40 penumpang sipil atau 49 tentara untuk keperluan pesawat
angkut militer.
Bahkan dengan lebar kabin pesawat 2,32 meter, CN 235 mampu mengangkut mobil ringan. Sementara untuk tipe CN 235-220 MPA, biasa digunakan untuk pesawat patroli pantai dan pesawat intai. Bahkan pesawat ini, telah digunakan oleh Korea Selatan sebagai pesawat patroli penjaga pantai.
Bahkan dengan lebar kabin pesawat 2,32 meter, CN 235 mampu mengangkut mobil ringan. Sementara untuk tipe CN 235-220 MPA, biasa digunakan untuk pesawat patroli pantai dan pesawat intai. Bahkan pesawat ini, telah digunakan oleh Korea Selatan sebagai pesawat patroli penjaga pantai.
3. Pesawat CN 295
Pesawat generasi terbaru karya Dirgantara Indonesia
dan Airbus Military ini, merupakan pengembangan pesawat CN 235. Pesawat
ini, berfungsi untuk keperluan patroli udara, angkut personil, pasukan,
kargo, evakuasi korban, serta mempunyai kemampuan menurunkan logistik
dari udara.
Pesawat ini, menggunakan mesin turboprop Pratt & Whitney PW 27 G Kanada. CN 295 ini, mulai banyak dilirik oleh negara ASEAN. Saat ini, Dirgantara Indonesia sedang menawarkan pesawat CN 295, CN 235, NC 212 ke 6 negara Asia Tenggara dengan tema ASEAN Roadshow.
Pesawat ini, menggunakan mesin turboprop Pratt & Whitney PW 27 G Kanada. CN 295 ini, mulai banyak dilirik oleh negara ASEAN. Saat ini, Dirgantara Indonesia sedang menawarkan pesawat CN 295, CN 235, NC 212 ke 6 negara Asia Tenggara dengan tema ASEAN Roadshow.
4. Pesawat N 250
Pesawat N 250 merupakan pesawat asli karya putra
putri bangsa. Pesawat penumpang baling-baling ini diproduksi dan
diciptakan oleh Dirgantara Indonesia. Pesawat yang dirancang dalam 4
varian ini harus terhenti proyeknya di varian prototype 2.
Saat ini, pesawat N 250 yang berkapasitas 50 penumpang dan 70 penumpang terpajang pada apron milik
Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa Barat. Setidaknya diperlukan dana US$ 1 miliar agar pesawat ini, bisa bangkit dan diproduksi massal kembali.
Saat ini, pesawat N 250 yang berkapasitas 50 penumpang dan 70 penumpang terpajang pada apron milik
Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa Barat. Setidaknya diperlukan dana US$ 1 miliar agar pesawat ini, bisa bangkit dan diproduksi massal kembali.
5. Pesawat N 219
Dirgantara Indonesia sedang mengembangkan pesawat
asli karyanya. Menggandeng BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi), Dirgantara Indonesia mengembangkan pesawat penumpang dan
kargo tipe kecil, N 219.
Pesawat ini direncanakan bisa diperkenalkan kepada publik tahun 2015. Pesawat berbadan kecil dan berkapasitas 19 orang ini nantinya bisa difungsikan untuk melayani daerah pedalaman dan pelosok Indonesia yang sulit dimasuki pesawat berbadan lebar.
Pesawat ini direncanakan bisa diperkenalkan kepada publik tahun 2015. Pesawat berbadan kecil dan berkapasitas 19 orang ini nantinya bisa difungsikan untuk melayani daerah pedalaman dan pelosok Indonesia yang sulit dimasuki pesawat berbadan lebar.
6. Pesawat Tanpa Awak Puna Wulung
Dirgantara Indonesia berencana memproduksi varian
pesawat tanpa awak atau Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung di Bandung,
Jawa Barat.
Dirgantara Indonesia akan menyempurnakan dan mensertifikasi pesawat yang telah dikembangkan oleh BPPT sejak tahun 2004 ini. Pesawat ini, nantinya bisa dimanfaatkan untuk keperluan pengintaian dan mata-mata. Bahkan varian pertama untuk PUNA Wulung, bisa terbang hingga radius 200 km dari pusat peluncuran.
Dirgantara Indonesia akan menyempurnakan dan mensertifikasi pesawat yang telah dikembangkan oleh BPPT sejak tahun 2004 ini. Pesawat ini, nantinya bisa dimanfaatkan untuk keperluan pengintaian dan mata-mata. Bahkan varian pertama untuk PUNA Wulung, bisa terbang hingga radius 200 km dari pusat peluncuran.
7. Helikopter Bell
Dirgantara Indonesia menggandeng produsen helikopter
dunia Bell Textron memproduksi helikopter tipe 412 EP. Dirancang untuk
dua misi yakni militer dan sipil, helikopter ini telah digunakan
berbagai institusi dan perusahaan.
Varian sipil, BELL 412 bisa difungsikan untuk angkut penumpang, angkut VVIP, ambulan udara dan pemadam kebakaran. Helikopter ukuran medium ini mampu mengangkut hingga 2 pilot dan 13 penumpang.
Varian sipil, BELL 412 bisa difungsikan untuk angkut penumpang, angkut VVIP, ambulan udara dan pemadam kebakaran. Helikopter ukuran medium ini mampu mengangkut hingga 2 pilot dan 13 penumpang.
8. Super Puma
Dirgantara Indonesia mampu memproduksi helikopter
berukuran besar tipe NAS 332 Super Puma. Menggadeng Eurocopter, Super
Puma bisa digunakan untuk keperluan militer dan sipil.
Helikopter ini, mampu mengangkut 2 pilot dan 22 penumpang. Dirgantara Indonesia bersama Eurocopter, berhasil mengembangkan helikopter NAS 332 Super Puma varian terbaru menjadi Super Puma Cougar EC 725 untuk keperluan militer dan Super Puma EC 225 untuk keperluan sipil.
Helikopter ini, mampu mengangkut 2 pilot dan 22 penumpang. Dirgantara Indonesia bersama Eurocopter, berhasil mengembangkan helikopter NAS 332 Super Puma varian terbaru menjadi Super Puma Cougar EC 725 untuk keperluan militer dan Super Puma EC 225 untuk keperluan sipil.
Sumber : Detik
0 Komentar
Terima kasih atas saran dan komentar anda