Perekonomian dunia telah menunjukan gejala positif menuju perbaikan, lorong cerah telah mulai terlihat kendati selama tahun ini belum bisa diharapkan pertumbuhan positif. Namun setidaknya kemerosotan telah berhenti dan titik dasar telah disentuh sehingga sekaranglah saatnya untuk kembali bangkit. Begitulah fluktuasi perekonomian yang terjadi selama ini ada saat up ada pula saat down. Tapi penurunan juga ada batasnya betapapun tajamnya sampai ke titik terendah pastilah kemudian diikuti oleh pemulihan meskipun perlahan. Semua sudah bisa di perkirakan karena upaya untuk itu juga banyak dilakukan.
Indikator yang paling mudah dilihat adalah indeks saham, disamping yang lebih makro yakni gerakan perekonomian yang diukur dari laju pertumbuhan. Sekarang pertumbuhanya masih serba kontraktif dengan angka pertumbuhan negatif namun stabilisasi sudah mulai dirasakan terutam setelah bursa saham menunjukan gejala peningkatan. Perusahaan besar dinegara maju seperti Eropa da Amerika Serikat rugi besar dan pemutusan hubungan kerja tetap terjadi dimana-mana. Namun ketika harga saham mulai naik maka itulah pertanda arah perbaikan telah mulai kelihatan. Kaena pasar sudah bisa memprediksi hasilnya.
Selama kuartal I tahun 2009 Amerika Serikat mengalami konstraksi ekonomi sebesar 6,1% walaupun tak sebesar itu namun raksasa ekonomi lain seperti Jepang juga mengalami hal yang sama. Namun situasi pasar sudah mulai bergerak dengan adanya permintaan. Kestabilan masih lebih baik ketimbang penurunan. Permintaan nampak pada sektor strategis yang menjadi pemicu krisis yakni perumahan, otomotif dan sebagainya. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di prediksikan masih akan negatif namun apabila pemulihan sudah mulai jalan sangat mungkin tahun 2010 sudah zero growth atau bahkan positif.
Itu berarti krisis ini tak separah yang dibayangkan sebelumnya dalam arti memerlukan waktu panjang untuk bisa pulih. Sejarah membuktikan krisis separah apapun ada batasnya yakni sampai titik yang paling rendah karena setelah itu berbagai upaya pasti dilakukan. Dalam hal ini semua negara berada pada kepentingan yang sama sehingga semakin terakumulasi. Misalnya kebijakan pemberian dana stimulus dilakukan semua negara dengan jumlah yang bervariasi tergantung kemampuan dan dan kondisi masing-masing. Yang paling fenomenal adalah Amerika Serikat yang menggelontorkan dana hingga ratusan milliar dolar AS.
Peningkatan indeks saham, penguatan rupiah dan kegiatan dipasar merupakan sinyal positif karena itulah indikator yang paling utama. Langka-langkah PHK atau rasionalisasi serta konsolidasi usaha dalam bentuk lain justru harus dibaca sebagai upaya penyelamatan dari krisis yangmakin buruk. Karena begitu restrukturisasi dan penyehatan korporasi mulai berjalan maka itulah awal bagi bergeraknya kembali perekonomian. Dana stimulus bukan hanya untuk menyuntik modal perusahaan yang kolaps melainkan juga demi meningkatkan daya beli pasar melalui insentif pajak dan lain-lain. Dengan demikian kegiatan produksi tetap jalan.
Indonesia termasuk yang beruntung bersama China dan India diperkirakan masih akan tumbuh 3 - 4%. Perbaikan ekonomi global yang lebih cepat pastilah akan berdampak positif didalam negeri setidaknya angka ekspor kita tidak akan menurun lebih tajam lagi sementara indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mulai bergerak naik dan dan kurs rupiahpun menguat. pelajaran terpenting haruslah diambil dari krisis global terburuk sejak depresi tahun 1930an ini. Antara lain pengaturan tentang transaksi derivatif dan sebagainya sehingga secara fundamental perekonomian kedepan akan lebih aman
Indikator yang paling mudah dilihat adalah indeks saham, disamping yang lebih makro yakni gerakan perekonomian yang diukur dari laju pertumbuhan. Sekarang pertumbuhanya masih serba kontraktif dengan angka pertumbuhan negatif namun stabilisasi sudah mulai dirasakan terutam setelah bursa saham menunjukan gejala peningkatan. Perusahaan besar dinegara maju seperti Eropa da Amerika Serikat rugi besar dan pemutusan hubungan kerja tetap terjadi dimana-mana. Namun ketika harga saham mulai naik maka itulah pertanda arah perbaikan telah mulai kelihatan. Kaena pasar sudah bisa memprediksi hasilnya.
Selama kuartal I tahun 2009 Amerika Serikat mengalami konstraksi ekonomi sebesar 6,1% walaupun tak sebesar itu namun raksasa ekonomi lain seperti Jepang juga mengalami hal yang sama. Namun situasi pasar sudah mulai bergerak dengan adanya permintaan. Kestabilan masih lebih baik ketimbang penurunan. Permintaan nampak pada sektor strategis yang menjadi pemicu krisis yakni perumahan, otomotif dan sebagainya. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di prediksikan masih akan negatif namun apabila pemulihan sudah mulai jalan sangat mungkin tahun 2010 sudah zero growth atau bahkan positif.
Itu berarti krisis ini tak separah yang dibayangkan sebelumnya dalam arti memerlukan waktu panjang untuk bisa pulih. Sejarah membuktikan krisis separah apapun ada batasnya yakni sampai titik yang paling rendah karena setelah itu berbagai upaya pasti dilakukan. Dalam hal ini semua negara berada pada kepentingan yang sama sehingga semakin terakumulasi. Misalnya kebijakan pemberian dana stimulus dilakukan semua negara dengan jumlah yang bervariasi tergantung kemampuan dan dan kondisi masing-masing. Yang paling fenomenal adalah Amerika Serikat yang menggelontorkan dana hingga ratusan milliar dolar AS.
Peningkatan indeks saham, penguatan rupiah dan kegiatan dipasar merupakan sinyal positif karena itulah indikator yang paling utama. Langka-langkah PHK atau rasionalisasi serta konsolidasi usaha dalam bentuk lain justru harus dibaca sebagai upaya penyelamatan dari krisis yangmakin buruk. Karena begitu restrukturisasi dan penyehatan korporasi mulai berjalan maka itulah awal bagi bergeraknya kembali perekonomian. Dana stimulus bukan hanya untuk menyuntik modal perusahaan yang kolaps melainkan juga demi meningkatkan daya beli pasar melalui insentif pajak dan lain-lain. Dengan demikian kegiatan produksi tetap jalan.
Indonesia termasuk yang beruntung bersama China dan India diperkirakan masih akan tumbuh 3 - 4%. Perbaikan ekonomi global yang lebih cepat pastilah akan berdampak positif didalam negeri setidaknya angka ekspor kita tidak akan menurun lebih tajam lagi sementara indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mulai bergerak naik dan dan kurs rupiahpun menguat. pelajaran terpenting haruslah diambil dari krisis global terburuk sejak depresi tahun 1930an ini. Antara lain pengaturan tentang transaksi derivatif dan sebagainya sehingga secara fundamental perekonomian kedepan akan lebih aman
0 Komentar
Terima kasih atas saran dan komentar anda